Senin, 12 Desember 2011

Uslub balaghah pada qasidah ( 8628 )

Fokus permasalahan yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah (i) bagaimanakah biografi Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad; (ii) bagaimanakah seputar tentang qasidah munajat; (iii) bagaimana uslub balaghah pada qasidah munajat.


Tujuan pembahasan ini adalah (i) untuk mengetahui biografi Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad; (ii) untuk mengetahui seputar tentang qasidah munajat; (iii) untuk mengetahui uslub balaghah pada qasidah munajat.

Metode pendekatan sastra yang digunakan dalam membahas permasalahan tersebut adalah pendekatan intrinsic, dengan teori stilistika (ilmu balaghah), yaitu mengenai uslub balaghah pada qasidah munajat dari segi ma’ani, bayan dan badi’nya yang terdiri atas 42 bait.

Hasil temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa:

(1) Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad adalah seorang tokoh sufi sekaligus muballigh yang ‘alim dan ‘arif dengan hikmah dan kezuhudannya. Beliau banyak menulis do’a – do’a yang berbentuk syi’ir, salah satunya adalah qasidah munajat.

(2) Qasidah munajat adalah qasidah yang berisi do’a dan rintihan seorang hamba pada pencipta-Nya Allah SWT agar diberi keselamatan dunia dan akherat. Qasidah ini merupakan qasidah yang sangat terkenal yang kaya akan unsur sastra dan balaghah.

(3) Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad dalam menggambarkan qasidah munajat menggunakan uslub yang variatif, mulai dari uslub ma’ani, bayan sampai badi’.

Ditinjau dari uslub ma’ani Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad menggunakan beraneka ragam uslub ma’ani, yaitu:

a. Kalam khabar yang cenderung ibtida’i dengan faedah idzharu al dla’f wa al khusyu’, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 4, 5, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 40, 41 dan 42.

b. Kalam insya’ yang cenderung memakai nida’ dengan faedah tanzil al qarib manzilat al ba’id isyarat ‘ala ‘uluwwi martabatihi dan amar dengan faedah al du’a’ wa al madh, sebagaimana pada bait ke 1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 19, 21, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 37, 38 dan 39.


c. Qashr yang cenderung memakai qashr bi al tadim bima haqqahu al ta’khir, sebagaimana pada bait ke 1, 6, 11, 21, 22 dan 26.


d. Fashl dengan beraneka ragam mawadli’nya, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 24, 25, 26, 30, 31, 32, 33, 34, 37, 38, 39, 40, 41 dan 42.

e. Washl yang cenderung memakai kamal al ittishal, sebagaimana pada bait ke 1, 3, 7, 10, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 28, 29, 35, 36, 37, 38 dan 39.

f. Ithnab yang cenderung memakai pengulangan li al taukid, sebagaimana pada bait ke 3, 5, 9 dan 13.

Ditinjau dari uslub bayan Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad hanya menggunakan satu uslub saja, yaitu al majaz al lughawi berupa isti’arah. Adapun isti’arahnya cenderung memakai isti’arah makniyyah, ashliyyah dan murassyahah, sebagaimana pada bait ke 22, 39 dan 40.

Sedangkan ditinjau dari uslub badi’, Habib Abdullah bin ‘Alawi al Haddad menggunakan al muhassinat al lafdzi (keinahan lafadz) dan al muhassinat al ma’nawi (keindahan ma’na) sebagai berikut:


a. Jinas yang cenderung memakai jinas naqish / ghairu al tam bisababi mukhtalifati fi nau’ al harf au syakliha, sebagaimana pada bait ke 17, 18, 19, 21, 31, 37 dan 38.

b. Saja’ yang cenderung memakai saja’ al mutharraf dan saja’ al mutawazi, sebagaimana pada bait ke 1 sampai 42.

c. Thibaq yang cenderung memakai thibaq al ijab, sebagaimana pada bait ke 26, 30 dan 42.

Satu muqabalah yang menjelaskan dua sifat Allah yang berlawanan, yaitu al jud wa al fadl wa al birr dan al buthsy wa al qahr, sebagaimana pada bait ke 35 dan 36. DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar